Istilah ilmu kasyaf itu sangat familiar bagi masyarakat santri pengamal dan pengkaji ilmu tasawuf.
Kasyaf/mukasyafah secara gampang bisa diartikan dengan tersingkapnya tabir yang menutupi hal-hal ghaib pada seseorang karena orang tersebut bisa melihat hal-hal ghaib yang orang pada umumnya tidak tampak/tertutupi.
Nah, suatu ketika Gus Dur berangkat haji dengan “bolo-bolo plek” alias teman-teman akrabnya.
Ada Abah Amanulloh Tambakberas, ada Kyai Mu'adz dan Kyai Nukman Tohir Kajen Pati, ada H. Masnuh Waru Sidoarjo, dan beberapa orang lainnya. Keberangkatan haji rombongan ini sangat istimewa karena membawa misi khusus dari sesepuhsesepuh NU untuk wiridan menjelang muktamar.
Di tengah-tengah suasana wukuf di padang Arafah, tiba-tiba Gus Dur mengajak H. Masnuh untuk keluar dari tenda dan menggelar sajadah di samping tenda.
Mereka berdua berdzikir dan berdoa di luar tenda tanpa atap yang menahan panasnya matahari di Arafah
Tiba-tiba Gus Dur berbisik kepada H. Masnuh : “ Ji, lihatkan langit ya. Jika langitnya terbelah segera tindakan saya dan kita langsung berdoa. Sampeyan baca doa sapu jagat aja sampai langit itu menutup kembali .”
Setelah beberapa saat menunggu, tiba-tiba H. Masnuh tergopoh-gopoh dan bilang ke Gus Dur.
“ Gus.. Gus.. Langitnya sudah menyampaikan .”
Dan Gus Dur segera merapal doa-doa.
juga H. Masnuh membaca doa yang diperintah Gus Dur untuk berharap, sampai langit menutup kembali.
Setelah langit menutup kembali, Gus Dur segera mengajak H. Masnuh untuk kembali masuk tenda.
Gus Dur bilang: “ ji, ayo kembali dan kita tidur aja di dalam tenda ”.
Kemudian H. Masnuh menjawab : “Lho Gus.. Ini waktu wukuf masih lama, kenapa kok tidur ?” “ Gak papa, biarkan mereka terus berdzikir dan berdoa. Saya mau tidur saja. Karena langit sudah tutup ”. Jawab Gus Dur sambil terkekeh khas beliau.
Itulah tanda kasyafnya Gus Dur, hamba Allah yang istimewa yang bisa diberi kemampuan melihat tanda-tanda alam yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa.
Salam Teras,
0 Komentar