Ticker

6/recent/ticker-posts

Khutbah Jum'at Gus Nadhif


Pengasuh Pesantren Nahdlatut Thalibin Tayu Pati KH Ahmad Nadhif Mujib (Gus Nadhif)


Hadirin Jum’ah Rohimakumullah,

Mempelajari sejarah pasti banyak manfaatnya. Di antaranya adalah untuk mengambil nilai-nilai positif ummat-ummat terdahulu dan juga menghindarkan diri dari kesalahan-kesalahan masa lalu yang mungkin kita temukan.
Ini sesuai dengan sabda Baginda Rasulullah SAW:
لا يلدغ المؤمن مرتين من جحر واحد
Seorang yang beriman tidak akan tersengat serangga dua kali dari lobang yang sama…
Hadirin Rohimakumullah
Dalam sejarah hijrah Nabi ke Madinah, kita mengenal dua kelompok besar yang sama-sama berperan positif dalam melaksanakan perintah hijrah tersebut. Kedua kelompok itu adalah Muhajirin dan Anshor. Muhajirin adalah mereka yang ikut Baginda Nabi hijrah meninggalkan kampung halaman mereka menuju daerah lain yang belum mereka kenal secara baik. Sedangkan Anshor adalah mereka yang menyambut kedatangan Baginda Nabi beserta kaum Muhajirin dan melayani serta membantu Baginda Nabi dalam berdakwah menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru dunia.
Lebih jauh sejumlah ahli sejarah mencoba mengumpulkan point-point penting perilaku dan sikap kaum Anshor dalam mendukung dakwah Baginda Rasulullah SAW.
Pertama: di pundak kaum Anshor lah berdiri Negara Madinah, negara kesatuan ummat Islam untuk pertama kalinya dalam sejarah. Kita tahu sebelum kemunculan kaum Anshor dan sebelum hijrahnya Baginda Nabi ke Madinah, kaum muslimin tercerai berai di berbagai wilayah. Ada yang berada di Mekah, ada yang mengungsi di Habasyah atau Eithopia dan banyak yang lainnya berada di gurun-gurun sahara terpencar-pencar secara nomaden layaknya para suku waktu itu. Namun berikutnya, Allah memilih Madinah dan kaum Anshor sebagai tempat berdirinya Negara Islam pertamakali.
Kedua: semenjak mula pertama menerima kedatangan rombongan hijrah Baginda Nabi ke Madinah, kaum Anshor sadar sepenuhnya akan berbagai prahara dan resiko besar yang pasti akan mererka hadapi, terutama terkait dengan hubungan kaum Anshor dengan hampir seluruh kabilah dan suku Arab yang pada waktu itu jelas belum menerima dakwah Baginda Nabi SAW. Sejarah mencatat berbagai clash dan gesekan yang dialami kaum Anshor di hadapan kabilah-kabilah Arab itu akibat kedatangan rombongan hijrah Baginda Nabi SAW ke Madinah. Namun kaum Anshor telah berbulat tekad tidak peduli dengan resiko apapun karena keimanan mereka yang sudah kokoh sejak semula untuk selalu Bersama Baginda Nabi dalam setiap episode dakwah Islamiyah.
Ketiga: kaum Anshor tidak pernah merisaukan sedikitpun soal harta benda milik mereka untuk mendukung Baginda Nabi dan kaum Muhajirin. Sejarah mencatat dengan tinta yang sangat tebal bagaimana kaum Anshor dengan suka rela membagi harta mereka dengan kaum Muhajirin. Yang punya dua rumah, salahsatunya diberikan kepada kaum Muhajirin tanpa kompensasi apapun. Yang punya dua istri atau lebih, diceraikan salahsatunya untuk dinikahkan dengan kaum Muhajirin. Bahkan yang hanya memiliki satu rumahpun dibagi dua dan diberikan secara Cuma-Cuma kepada kaum Muhajirin.
Sekilas, dengan sikap kedermawanan kaum Anshor seperti itu, terkesan di benak kita bahwa kaum Anshor adalah sekelompok hartawan atau orang kaya yang dermawan sehingga dengan sangat mudahnya membagi-bagi harta mereka kepada kaum Muhajirin. Akan tetapi Allah SWT dalam salah satu ayat Alqur’an mencatat dan memberitahu kita bahwa sebenarnya kaum Anshor samasekali bukan sekelompok orang yang bergelimang harta. Bahkan kondisi perekonomian penduduk Madinah dan tentu saja kaum Anshor pada umumnya waktu itu mengalami krisis yang
hebat
. Banyak kelaparan dan keprihatinan ekonomi yang sangat menyedihkan.
Berkali-kali kita membaca sejarah bagaimana kaum Anshor mengalami kelaparan hingga di sabuk mereka terdapat dua atau tiga batu untuk menahan rasa lapar.
Dalam menggambarkan hal ini, mari kita baca surah Al Hasyr ayat 9:
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Yang kurang lebih artinya:
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (yaitu kaum Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (kaum Muhajirin, mereka itu (kaum Anshor) mencintai kaum Muhajirin. Dan mereka (kaum Anshor itu) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (kaum Muhajirin) dan mereka mengutamakan (kaum Muhajirin) atas diri mereka sendiri, SEKALIPUN MEREKA DALAM KESUSAHAN. Dan barangsiapa yang dijaga dan dipelihara dari kekikiran/kebakhilan, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Hadirin Rohimakumullah
Lebih lanjut yang keempat: kaum Anshor tercatat SELALU mengikuti semua peperangan yang diikuti oleh Baginda Rasullah SAW, bahkan tercatat pula jumlah tantara kaum muslimin dalam setiap peperangan, selalu mayoritasnya adalah dari kaum Anshor.
Kita baca fakta sejarah bahwa ketika perang Badar, jumlah kaum muslimin hanya 313 personel dan 2/3 di antaranya adalah kaum Anshor. Demikian pula pada perang Uhud, di mana ketika banyak pasukan muslim lari tungang langgang akibat menyalahi strategi perang yang diatur Baginda Nabi dan pasukan kaum muslimin tercerai berai, namun kaum Anshor tak bergeming sedikitpun. Tercatat bagaimana pahlawan-pahlawan Anshor seperti Sa’d bin Robi’, Handholah, Anas bin An-Nadlr, Abdullah bin Hurram, Khoitsamah, Amr bin AlJamuh dan lain-lain gugur di perang Uhud secara sangat heroic membela Baginda Rasulullah SAW sampai tetes darah penghabisan. Dan jumlah pahlawan gugur di perang Uhud adalah 70 Syuhada’, 66 di antaranya adalah kaum Anshor… Rodliyallahu ‘Anhum Ajmain…
Kemudian yang kelima: terkhusus dalam peristiwa Perang Hunain, di mana pasukan kaum muslimin menderita kekalahan yang lumayan besar. Banyak pasukan meninggalkan Baginda Rasulullah SAW di tengah-tengah berkecamuknya perang yang sangat
hebat
. Dan lagi-lagi hanya kaum Anshor yang tak bergeming sedikitpun terus berperang dan melindungi Baginda Rasulullah SAW hingga tetes darah penghabisan!
Dan berikutnya setelah perang Hunain terjadi pembagian harta rampasan perang dari kaum kuffar, di mana justru kaum Anshor banyak yang tidak diberi bagian samasekali atau hanya mendapat sedikit bagian. Sedangkan selain kaum Anshor bahkan ada yang mendapat bagian 100 ekor unta, terutama mereka yang baru masuk Islam meskipun ketika perang Hunain tidak banyak berperan dan bahkan sempat lari.
Hadirin Rohimakumullah
Membaca sejarah kaum Anshor seperti itu, terutama peristiwa Perang Hunain dan pembagian harta rampasan perang di mana kaum Anshor yang banyak berjasa justru tidak mendapatkan kompensasi materi sebagaimana mestinya akan tetapi kaum Anshor tetap setia dengan perjuangan Baginda Nabi…, Membaca sejarah kaum Anshor seperti itu, tidakkah itu semua bisa menggugah rasa perjuangan dan pengorbanan di hati kita semua?
Kita kaum muslimin di negeri ini dalam sejarah perjuangan dan mengisi kemerdekaan, kita memang tercatat banyak memberikan sumbangsih kepada negeri ini, adalah karena kita memang mayoritas. Banyak pengorbanan kita berikan. Banyak pula kepedihan kita rasakan.
Sudah selayaknya jika harus selalu berada paling depan dalam berkorban untuk menjaga negeri ini. Sudah semestinya kita harus menjadi pelopor dalam setiap program kenegaraan, apapun itu.
Maka jika hanya persoalan MENGATUR PENGGUNAAN PENGERAS SUARA DI MASJID DAN MUSHOLLA, sebenarnya hal ini tidak perlu dipersoalkan oleh kita kaum muslimin. Pemerintah samasekali tidak melarang penggunaan pengeras suara. Namun hanya menyerukan pedoman pengaturan penggunaannya. Dan lebih dari itu, seruan pedoman pengaturan itu TETAP MEMPERHATIKAN KEARIFAN LOKAL, di mana pada daerah-daerah mayoritas muslimin seperti daerah kita ini, TIDAK AKAN ADA PERUBAHAN SAMASEKALI dalam masalah penggunaan pengeras suara ini.
Intinya hanya merupakan seruan untuk tenggang rasa dan teposeliro, ngono yo ngono ning ojo ngono.
Dan sekedar perbandingan dengan negara-negara lain, mari kita lihat fakta-fakta berikut ini:
1. Di negara Mesir selama bulan Romadlon justru dilarang membunyikan pengeras suara selain untuk adzan karena mereka lebih mementingkan ketenangan suasana untuk beri’tikaf di masjid terutama pada 10 hari terakhir bulan Romadlon.
2. Di Saudi Arabia, penggunaan pengeras suara hanya untuk adzan, sholat Jum’at dan Sholat Id serta sholat Minta Hujan.
3. Di Malaysia hanya boleh untuk adzan saja.
4. Di India penggunaannya diatur ketat oleh Pengadilan Tinggi.
Itu semua hanya contoh kecil negara lain yang justru lebih ketat daripada negara kita.
Intinya sekali lagi, seruan pemerintah itu hanya merupakan seruan untuk mengatur penggunaan, bukan melarang. Sama sekali tidak ada larangan.
الحديث: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من ترك المراء وهو محق، بنى الله له بيتا في الجنة.
Barangsiapa meninggalkan perdebatan meskipun ia dalam posisi benar, maka Allah akan membangunkan rumah di surga untuknya.
بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو الغفور الرحيم، وقل رب اغفر وارحم وأنت أرحم الراحمين

salam teras,

Sumber : Ahmad Nadhif Abdul Mujib - page

Posting Komentar

0 Komentar