Sayyidina al-Habib al-Qutb Abdullah bin ‘Alawi
al-Haddad menuliskan dalam risalah mu’awanhnya tentang pentingnya memperbanyak
niat meski hanya satu pekerjaan yang dilakukan. Karena apa yang diniatkan,
itulah yang akan dibalaskan. Kemudian
Habib Zein bin Ibrahim bin Smith dalam minhaju sawinya memaparkan contoh-contoh
dari pekerjaan yang mungkin bisa kita lakukan dengan memperbanyak niat.
Contoh niat dalam melakukan ketaatan ketika
mengaji al-Qur’an. Banyak niat yang bisa kita sematkan, mulai dari niat bermunajat
kepada Allah SWT, mentadaburi ayat-ayat al-Qur’an, memberikan kemanfaatan untuk
dirinya dan orang yang mendengarkannya, dan lain sebagianya.
Contoh niat yang baik ketika melakukan suatu
pekerjaan yang mubah untuk dilakukan. Misalnya memakan makanan yang halal. Maka
ada beberapa niat yang bisa kita sematkan, yaitu: 1) niat menjalankan perintah
Allah (al-Baqarah:172), 2) niat supaya memiliki kekuatan untuk melakukan taat
kepada Allah, dan 3) sebagai bukti rasa syukur terhadap nikmat yang Allah
berikan. Namun, jika belum mampu untuk menghadirkan hati untuk melakukan niat
seperti itu, maka yang dapat kita lakukan adalah niat mengikuti apa yang
dilakukan oleh para ulama-ulama terdahulu. hadirkan dalam hati bahwa kita
melakukan suatu hal dengan niat seperti apa yang diniatkan oleh orang-orang
sholeh. Atau secara umum, mengikuti apa
yang didawuhkan oleh al-Imam Abdullah al-Haddad, hendaknya dalam melakukan
apapun niatkan untuk memberikan manfaat untuk dirinya dan orang lain dan untuk
generasi selanjutnya.
Ketika datang amanah untuk berkhidmah di NU di lembaga manapun, maka yang terlintas di kepala adalah amanah jika diminta duduk di struktur, maka semaksimal mungkin amanah tersebut dilaksanakan dengan baik. Dengan menisbatkan niat kepada para kiai, habaib dan pendiri NU yang berkhidmah secara totalitas di NU. Meskipun hanya menjadi butiran debu di tiang bendera NU, semoga kita belum memiliki kontribusi apapun ini, dapat diakui dan diridhoi oleh para masyayikh. Khusunya dapat diakui sebagai santrinya Hadratusyeikh KH Hasyim Asy’ari dan para pendiri NU.
0 Komentar