Ticker

6/recent/ticker-posts

MENGENAL WALI ALLAH

KEPRIBADIAN WALI

Seorang wali memiliki karakter yang mulia. Diantaranya, beberapa kepribadian berikut ini. 

KH. Hasyim Asy’ari dalam “ad-Durar al-Muntashirah”, KH. Hasyim Asy’ari, hal. 4 menyebutkan: “Wajib bagi wali, sehingga dia benar-benar disebut wali memenuhi seluruh hak-hak Alloh dan hamba-hamba-Nya secara totalitas dan sempurna sesuai dengan aturan yang diperintahkan-Nya. Maka seseorang yang mengaku wali tanpa bukti kepatuhan, hal tersebut bohong dan dusta. 

Abu Yazid al-Busthomi ketika dengan para muridnya mendatangi salah satu tokoh yang dibeitakan sebagai waliyulloh. Abu Yazid menunggu dimasjid sebelum sang tokoh keluar dari kediamannya. Setelah sang kyai muncul, dia meludah di area masjid tempat abu yazid menunggu kedatangannya. Tanpa mengucapkan salam bergegas abu yazid menyuruh para muridnhya untuk undur diri. Beliau mengatakan; “orang ini sangat disangsikan adab dan syariatny, bagaimana mungkin dapat dipercaya kewaliannya.  

MENGAKU WALI

Hadlrotus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari ditanya terkait fenomena pada waktu itu dibumi nusantara banyak tokoh yang mengaku sebagai wali. Berikut isi pertanyaan sekaligus jawaban Rais Akbar Nahdlatul Ulama’ tersebut:

Soal: Apakah ada wali yang menceritakan bahwa dirinya waliyulloh, mengingat di masa sekarang banyak yang mengaku sebagai wali, bahkan ada juga yang mengaku wali quthb?

Jawab: Tidak ada wali yang memberitakan kewaliannya. Keterangan dalam kitab Nataijul Afkar yang artinya : 

“Seorang wali tidak akan membuka pintu popularitas dan pengakuan perihal kewaliannya. Bahkan jika ia mampu mengubur dirinya, maka akan ia lakukan. Untuk itu, setisp orang yang menghendaki terkenal oleh khalayak umum, bukan termasuk ahli thariqah bahkan sebaliknya”. 

Dikisahkan bahwa As-syaikh abu al-qasim bin ‘Umair al-muzzi; beliau termasuk orang yang shaleh, pada suatu malam bermimpi melihat banyak kendaraan dan mendengar suara musik yang begitu ramai. Lantas beliau bertanya-tanya; “ada apa ini?, kok suasana ramai sekali”. Salahseorang menjawab; “karena pada mala mini imam an-Nawawi diangkat derajatnya menjadi wali quthb”. 

Lalu aku terbangun dari tidurku. Waktu itu saya belum pernah mengenal imam an-Nawawi, bahkan belum pernah sekalipun mendengar berita tentang profil beliau. 

Pada suatu ketika aku memasuki kota Damasykus-syiria untuk sebuah keperluan, tak lupa aku menanyakan perihal imam an-Nawawi. Kemudian aku diberitahu bahwa beliau itu guru besar di Darul Hadist al-Asyrofiyyah. Lau aku bermohon kepada salah seorang untuk diantarkan ke kediaman beliau. Sesampainya di Darul Hadist, saya lihat imam Nawawi duduk dikelilingi banyak orang dimasjlisnya. Setelah beliau melihatku bergegas beliau berdiri untuk menghampiriku seraya berkata; “mimpi anda jangan anda ceritakan kepada siapapun selgi saya masih hidup”.

Imam an-Nawawi, yang benar-benar waliyulloh, bahkan wali quthb sangat merahasiakan kewaliannya. Dengan demikian, jelas bahwa seseorang yang mengaku menjadi wali,, bukanlah wali yang sebenarnya. Sebab ia memperlihatkan sir khususiyyah dan berbohong atas nama Allah. (Ad-Durar al-Muntashiroh, KH. Hasyim Asy’ari, hal. 8-10).

KAROMAH DAN KEAJAIBAN

Tidak setiap kelebihan dan keajaiban adala pertanda baik. Sebagaimana tidak setiap yang Nampak indah adalah permata. Bisa jadi itu hanya bualan iblis semata.

Iblis dalam menjerumuskan manusia, tidak meliat kapasitas dan derajatnya. Sosok yang sangat alim sekalipun tidak lepas dari tipu daya setan. Bahkan godaan iblis teradapnya lebih dahsyat. 

Dibalik keindahan yang ditampakkan iblis, di dalamnya terdapat perangkap yang sangat membahayakan. Terlebih jika berkaitan dengan wiridan atau amalan tertentu. Dalam hal ini, peran seorang guru yang jelas sanad keilmuannya sangat dibutuhkan. 

Al-Syaikh al-Kamasykhonawi menjelaskan dalam Jami’ul Ushul fi al-Auliya hal 31: 

“Faidah yang ketiga, bahwa  seorang yang menempuh jalan wushul dengan sendiri tanpa guru (rentan) mendapatkan cobaan. Tatkala ia, melakukan amalan tertentu tanpa bimbingan guru, sering kali syaitan menghampirinya dengan berbagai macam khayalan, akidah-akidah, pikiran-pikiran yang sesat, istidraj, dan berbagai macam tipu daya yang lain. Iblis memberikan asumsi bahwa hal tersebut merupakan bagian dari kondisi dan derajat tinggiyang berhasil ditempuh. Sementara dia tidak sadar bahwa hal tersebut sebenarnya jebakan dari syaitan, terlebih bagi para pemula. Untuk itu, dibutuhkan sosok guru dengan segala ketentuannya yang dapat menyelamatkan dari campur tangan iblis yang dapat menghambat menuju jalan-Nya”. 

Kelebihan yang dimiliki seseorang hendaknya tidak membuat dirinya besar kepala atau mengurangi ketentuan ibadahnya. Bahkan hal tersebut justru menambah ketakutan dirinya kepada Alloh dan menjadikannya lebih rajin beribadah. Bahkan iman dan istiqomah menjalankan syari’at merupakan karomah yang paling utama. Hingga dikatakan oleh sebagian ulama’, jika ada seseorang yang beriman dan istiqomah, maka jangan menginginkan karomah yang lain darinya. 

Pelaku karomah cenderung lebih menutupi kelebihan yang dimilki. Sebab jika disebarluaskan hal tersebut berpotensi ‘ujub (bangga diri), sombong dan merasa memiliki kelebihan. Pelaku karomah tidak mungkin sombong dan merasa nyaman dengan apa yang sudah ia peroleh. Jika kriteria pelaku karomah tersebut tidak terpenuhi, jelas itu merupakan istidraj. Tidak semestinya hal demikian bisa dibanggakan. Wallahu a’lam. 

Sumber: Menjernihkan Ajaran Spiritual Tradisional (meluruskan penyimpangan thariqah dan tashawuf) Penerbit HIMASAL (Himpunan Alumni Santri Lirboyo).

 

Salam teras,

Posting Komentar

0 Komentar